CONTOH FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


SUHAN KEPERAWATAN JIWA

PENGKAJIAN
       I.            IDENTITAS KLIEN
a.      Nama                     : EF
b.      Umur                     : 20 Tahun
c.       Jenis kelamin         : Perempuan
d.      Agama                   : Islam
e.       Alamat                  : Mesu, Suruh Rt 04/VII Suruh, Kabupaten Semarang
f.       Pendidikan             : SMA
g.      Pekerjaan               : Mahasiswa
h.      Tgl. Masuk RS
i.        Tgl. Pengkajian     : 21 Maret 2015
j.        Dx. Medis

    II.            KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan bahwa klien terkadang pusing karena kelelahan.

 III.            PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Klien mengatakan tidak ada gangguan jiwa di masa lalu, tidak ada riwayat anggota keluarga yang mempunyai gangguan jiwa, tidak pernah mengalami trauma fisik maupun seksual, kekerasan maupun tindak criminal lainnya. Klien pernah mengalami pengalamn yang tidak menyenangkan tetapi dalam rentang yang tidak menyebabkan gangguan jiwa, seperti menangis dan sedih karena tidak bisa mengerjakan ujian.

 IV.            FISIK
BB: 52
TB: 150
TD: 110/70
Keluhan fisik:  klien mengatakan bahwa terkadang pusing yang diduga oleh klien akibat kecapekan, tapi lebih sering sehat.


















    V.            PSIKOSOSIAL
a.      Genogram

b.      Konsep diri
1.      Body image
Klien melihat bahwa dirinya adalah dia. Klien mengakui bahwa klien memiliki badan yang cukup gemuk dan memiliki tinggi rata-rata, selain itu klien juga mengakui bahwa dirinya memiliki kulit sawo matang. Disini dapat dilihat bahwa klien tidak malu mengakui dirinya apa adanya.
2.      Identitas diri:
Klien bernama Erna, klien adalah seorang mahasiswa keperawatan yang sedang menempuh semester 4. Klien berasal dari keluarga sederhana, klienadalah anak terakhir dari empat bersaudara dan dia mengatakan bahwa klien adalah seorang yang sederhana.
3.      Peran
Saat ini peran klienadalah  sebagai mahasiswa, jadi klien merasa harus belajar sebagai mahasiswa yg baik, mahasiswa yg harus bisa memeberikan presatsi yg baik. Disini klien dapat memahami peran klien apa dan juga tugasnya seperti apa.
4.      Ideal diri
Menurut klien, klien dapat berperilaku yang baik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, selain itu klien juga berusaha untuk memeberikan manfaat bagi orang yang berada disekitarnya.
5.      Harga diri
Klien dapat bergaul dengan semua teman, jadi klien tidak merasa minder apabila berada di lingkungan kelompok. Klien juga berani berbicara diantara teman-teman dan orang lain.
c.       Hubungan social
1.      Orang yang berarti
Klien memiliki orang yang berarti yaitu keluarganya, terutama kedua orang tua klien. Selain itu klien tidak menjelaskan lebih lanjut lagi.
2.      Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat
Klien mengatakan jika di dalam kelompok klien berperan sebagai anggota kelompoj, sehingga klien harus melakukan atau ikut serta dalam pekerjaan yang harus dilakukan dalam kelompok. Dimasyarakat klien berperan sebagai anggota karang taruna, ssehingga klien ikut serta dalam kegiatan yang diadakan oleh karang taruna tersebut.
3.      Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan jika klien akan mengalami hambatan karena belum akrab atau masih mrasa canggung terhadap orang lain, jadi ini bsa menghambat dalam berinteraksi dengan orang lain.
d.      Spiritual
1.      Nilai dan keyakinan:
Klien mengatakan bahwa klien yakin terhadap agama yang ia anut, yaitu agama islam. Agama yang berpedoman pada kitab al quran yang digunakan sebagai pedoman hidup klien.
2.      Kegiatan ibadah:
Klien melakukan kegiatan ibadah secara rutin dan menjalankan perintah Allah seperti puasa, sholat, dll.

 VI.            STATUS MENTAL
a.      Penampilan : rapi, memperhatikan pakaian dan mencoba berpenamilan fashionable.
b.      Pembicaraan : keras, mampu memulai pembicaraan, dan tegas terhadap apa yang dikatakan oleh klien
c.       Aktifitas motorik:
d.      Alam perasaan: tidak ada perasaan yang berlebihan
e.       Afek : mengekspresikan perilaku sesuai dengan perasaan.
f.       Interaksi selama wawancara: kooperatif, mudah diajak ngobrol, terbuka
g.      Persepsi: pendengaran, penglihatan, perabaan, penghidu, pengecapan
h.      Proses fikir: logis dan relevan
i.        Isi fikir: perasaan dapat dikontrol, isi fikir relevan dan konheren
j.        Waham: tidak ada waham yang berlebihan terhadap apa yang ia percayai
k.      Tingkat kesadaran: Alertness
l.        Memori: tidak ada gangguan memori jangka panjang maupun pendek
m.    Tingkat konsentrasi dan berhitung: mampu konsentrasi, mampu berhitung sederhana
n.      Kemampuan penilaian: tidak ada gangguan
o.      Daya tilik diri: tidak mengingkari terhadap apa yang ada

VII.            Kebutuhan dasar manusia
Makan : 2-3 x sehari
BAB    : 1X sehari
BAK   : 4-5 x sehari
Tidur   : 7-8 jam sehari

VIII.            Penggunaan obat dan pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jika, klien maupun keluarga tidak mengkonsumsi obat secara trus menerus. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari tidak ada pengaruh khusus terhadap hal tersebut.

 IX.            Kegiatan sehari-hari
a.      Kegiatan di dalam rumah
1.      Makanan diolah sendiri dengan bahan yang tradisional, jik klien sedang dirumah yang memasak makanannya adalah klien sendiri.
2.      Klien merapikan tempat tidur dan menyapu setiap hari. Terkadang klien juga merapikan dapur, dan mengepel.
3.      Klien mencuci sendiri pakaian yang ia kenakan, tetapi jika klien sedaang kelelahan maka akan dibantu oleh orang tuanya.
4.      Klien belajar mengatur kebutuhan sehari-hari, contohnya saja uang untuk jajan, uang untuk keperluan sekolah, dan lain-lain, walaupun uang tersebut masih berasal dari orang tuanya.

b.      Kegiatan di luar rumah
1.      Klien mengatakan biasanya kalau sedang berada di kos klien akan membeli kebutuhan sehari-hari seperti makan, belanja keperluan kuliah, belanja keperluan mandi dll. Tetapi jika dirumah biasanya belanja hanya keperluan mandi.
2.      Dalam melakukan perjalanan mandiri klien melakukan dengan kendaraan umun.
3.      Selain kegiatan yang telah disebutkan klien terkadang juga ikut ibu membayar kendaraan di kantor pos, pergi kepasar, dll

    X.            Mekanisme Koping
Saat sedang menghadapi masalah klien biasanya membutuhkan seseorang untuk melakukan pembicaraan seputar masalah tersebut. Klien berusaha untuk mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya, walau terkadang klien juga menghindar dari masalahnya atau bahkan masalah tersebut dibiarkan. Dalam hal ini mekanisme koping klien adalah adaptif.

 XI.            Masalah Psikososial dan Lingkungan:
Klien mengatakan dalam melakukan sesuatu selalu didukung oleh keluarga dan orang lain. pendidikan, selalu berusaha dengan baik dalam belajar dan mendapat hasil baik. ekonomi, selalu dikasih cukup sam ortu. jarang ke pelayanan kesehatan.

XII.            Pengetahuan Kurang Tentang:
Klien mengatakan masih kurang paham dalam hal Penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, obat-obatan.

XIII.            Aspek Medik
a.      Diagnosa Medik :
b.      Terapi Medik :
ANALISA DATA
No
Data
Masalah
1.
DS:
·         Klien mengatakan ingin membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan/ kesehatan mereka
·         Klien mengatakan masyarakat sekarang kurang memperhatikan kesehatan dan lebih
·         Klien ingin mencari cara untuk meingkatkan kesehatan tapi belum tahu caranya
DO:
·         Klien menunjukkan kurang pengetahuan tentang perilaku yang mendukung kesehatan
·         Klien menunjukkan perilaku sehat yaitu menjaga kesehatan dan kerapihan
Perilaku sehat terhadap lingkungan sekitar
2.
DS:
·         Klien mengatakan kurang paham terhadap gangguan jiwa
·         Klien mengatakan kurang paham terhadap obat-obatan
·         Klien mengatakan kurang paham terhadap  factor presipitasi
Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap sumber-sumber informasi


PROBLEM SOLVING FOR BETTER HEALTH (PSBH)




PROBLEM SOLVING FOR BETTER HEALTH (PSBH)


A.    PENDAHULUAN
Problem Solving for Better Health and Hospital (PSBH), merupakan gerakan yang didasari oleh suatu yayasan non-profit yang bernama The Dreyfus Health Foundation, yang berpusat di New York, USA. Pendekatan PSBH pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Barry Smith, seorang dokter ahli bedah otak dari Bostom University School of Public Health, USA tahun 1993. Pertama kali dikembangkan karena Dr. Barry Smith berfikir bahwa sangat diperlukan adanya program agar seseorang:
1.      Berfikir lebih kritis tentang masalah yang dihadapinya
2.      Lebih bertanggung jawab untuk memecahkan masalah agar menjadikan kesehatan lebih baik dan kualitas hidup yang baik pula
3.      Mengembangkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah tanpa menunggu seseorang dalam memecahkan masalah terssebut.
4.      Menggunakan sumber yang ada untuk menyelesaikan masalah (Smith, Fitzpatrick, & Hoyt-Hudson, 2009)
PSBH sudah berkembang di berbagai negara, yang terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Brazil, Belarus, Bulgaria, Cameroon, Cina, Costarika, El Savador, Ghana, Guyana, Indonesia, Jordania, Kenya, Lithuania, Mali, Mexico, Nigeria, Polandia, Republik Dominica, Romania, Slovakia, Tanzania, Uganda, Ukraina, Zambia, dll.
Di Indonesia, PSBH muncul dan berkembang pada tahun 1999 di Pusat Penelitian Keluarga Sejahtera Universitas Indonesia (PUSKA UI) dan telah berkembang di beberapa rumah sakit di Indonesia baik negeri maupun swasta, misalnya RSUP Fatmawati Jakarta, RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSU Haji Surabaya, RS Dr. Wahidin Makassar, RS Panti Wilasa Citarum Semarang, RS Pondok Indah Jakarta, RS St Boromeur Bandung, RSUD Tugurejo dan RSUD Banyumas (Dinkes Banyumas, 2011).

B.     PENGERTIAN
PSBH (Problem Solving for Better Health) adalah suatu pendekatan untuk mengatasi berbagai masalah di rumah sakit dengan cara yang mudah, menarik, dan dilakukan dengan senang hati (Smith, Fitzpatrick, & Hoyt-Hudson, 2009).
PSBH adalah falsafah, cara berpikir, pendekatan dan komitmen pribadi untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan sumber daya yang ada.

C.    MACAM PSBH
1.      PSBHospital
Adalah PSBH yang diterapkan dirumah sakit sebagai strategi menjamin mutu dari rumah sakit tersebut. PSBHospital ini basanya dilakukan dengan cara pemberian Workshop dan pelatihan mengenai bagaimana cara menjadi seorang Problem Solver dengan memberikan langkah-langkah penyelesaian masalah yang terjadi di rumah sakit. Masalah yang sering dihadapi di rumah sakit contohnya adalah infeksi nosocomial, infeksi jarum infus, kejadian pasien jatuh, kejadian cedera/ kecelakaan, dan kejadian decubitus.
2.      PSBH-Nursing
Diluncurkan pertama kali pada tahun 2002 di Peking Union Medical College School of Nursing di Beijing pada Lokakarya PSBHN. Diadakan agar dapat mendorong  seorang perawat untuk menyadari potensi pemecahan masalah mereka sehingga mereka dapat mengarahkan individu, keluarga, dan masyarakat untuk menangani masalah – masalah kesehatan yang lebih baik.

D.    PROSES PSBH
Proses PSBH menekankan untuk menggunakan sumber yang ada untuk memecahkan masalah kesehatan, daripada menunggu solusi dari luar. PSBH didesain untuk memberi seseorang kepercayaan diri untuk melepaskan apa yang dia punya untuk memecahkan masalah. Proses PSBH melatih kita untuk memantapkan keterampilan dalam mencari dan mengembangkan cara – cara baru yang inovatif sehingga dengan demikian secara pribadi dapat mengatasi masalah yang di alami untuk meningkatkan keadaan kesehatan secara umum.

Langkah-Langkah dari proses PSBH adalah (Smith, Fitzpatrick, & Hoyt-Hudson, 2009):
1.      Mendefinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah dengan jelas dan pasti tentang sifat, besar, penyebab masalah dan berbagai factor yang mempengaruhinya. Masalah tersebut harus benar-benar ada di sekitar lingkunagn kita. Jangan menciptakan suatu masalah karena anda tidak mungkin dapat mengatasi masalah maya (virtual) yang anda ciptakan. Kita harus yakin bahwa masalah ini dapat diatasi.
Memprioritaskan Masalah
Di Rumah Sakit biasanya mempunyai lebih dari satu masalah yang harus diatasi, maka dari itu cara yang tepat selanjutnya adalah mengambil bagian yang kecil dari masalah yaitu, bagian yang realistic dan dapat dikelola. Kemudia, mempersempit masalah menjadi satu masalah yang dapat diatasi.
Prinsip PSBH antara lain:
a.       Menggunakan sumber daya (tenaga, teknis, peralatan, logistik, dana) setempat yang ada untuk mengatasi masalah
b.      Apa yang dapat dilakukan secara pribadi untuk mengatasi masalah
c.       Mengatasi masalah bagian demi bagian dengan setiap kali mengambil mengambil bagian yang kecil, realistik dan dapat dikelola, kemudian mengatasi setiap bagian yang kecil tersebut sebelum mengatasi bagian lain yang lebih besar.
2.      Mendefinisikan Solusi
Mendefinisikan solusi dalam pertanyaan baik, pertanyaan baik adalah pertanyaan yang relevan, didefinisikan dengan baik, dan dapat dijawab. Pertanyaan yang baik untuk mendefinisikan solusi harus mencakup:
a.       Melakukan kegiatan apa?
b.      Dengan siapa dan untuk siapa?
c.       Dimana?
d.      Untuk berapa lama?
e.       Tujuan yang diinginkan?
Sebelum mencari solusi dari masalah, kumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang apa yang sudah diketahui tentang masalah tersebut. Apakah ada orang lain yang telah menyelesaikan  masalah tersebut di lingkungan kerja? Perlu dicari informasi tentang apa yang telah berhasil dan tidak berhasil. Agar tidak mengulangi sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya dan cegah kegagalan yang telah mereka alami. Dengan cara ini akan dapat melangkah lebih baik dalam mengatasi masalah.
Pertimbangan beberapa jenis solusi antara lain:
a.       Pelatihan,penyuluhan, sosialisasi
b.      Tindakan medis atau keperawatan
c.       Perbaikan dan efisiensi manajemen
d.      Usaha ”income generating”
e.       Perbaikan peraturan
f.       Peningkatan lingkungan kerja
g.      Kerjasama dengan pihak lain.
3.      Menyusun Rencana Kerja (POA= Plan Of Action)
a.       Latar Belakang
Pada tahap ini perlu membuat rencana tentang bagaimana mengatasi masalah yang telah didefinisikan dan telah ditulis dalam pertanyaan yang baik.
Latar belakang adalah pertanyaan baik “Mengapa?”, karena latar belang adalah panjelasan mengenai alasan mengapa kita memilih masalah. Cantumkan penyebab atau bagaimana terjadinya dan dampak pada masalah kesehatan subyek atau sistem kerja. Sebisa mungkin beri data kuantitatif untuk menggambarkan masalah tersebut. Nyatakan mengapa ingin mengatasi masalah tersebut dan bagaimana solusi yang anda pilih akan dapat meningkatkan kesehatan manusia atau sistem kerja anda
b.      Tujuan Kegiatan (Good Question)
POA tersebut adalah alat komunikasi untuk memberitahu orang lain tentang pikiran anda dan kegiatan yang akan dilaksanakan, siapa yang melaksanakan, untuk berapa lama, serta untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
c.       Langkah-Langkah
Berisi langkah – langkah yang merupakan penjabaran  cara kerja secara rinci yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah. Penjabaran dituliskan dalam langkah persiaapan dan pelaksanaan. Merupakan Metodologi (siapa, apa kegiatannya, isi, frekuensi. lama, dimana) yang akan digunakan untuk mengatasi masalah. Semakin rinci anda menggambarkan langkah – langkah kegiatan semakin baik
1)      Jadwal Kegiatan
Menyusun suatu schedule bila mana berbagai langkah kegiatan akan dilaksanakan. Anda perlu realistis dalam menentukan perkiraan waktu pelaksanaan suatu langkah
2)      Rencana Anggaran
Mendaftar semua fasilitas dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan anda.
3)      Evaluasi
Evaluasi merupakan ukuran sukses atau gagal serta apa yang digunakan untuk penyelesaian masalah. Caranya adalah menjabarkan bagaimana akan mengevaluasi dampak dari upaya solusi yang kita lakukan. Evaluasi harus mencakup bagaimana mengetahui apakah upaya untuk mengatasi maslaah berhasil dan apa dampaknya terhadap manusia atau system kerja. Komponen dari evaluasi yaitu:
a)      Apa yang akan di evaluasi
b)      Bagaimana cara melakukan evaluasi
c)      Berapa sering dan berpa lama
d)     Siapa yang melakukan evaluasi
4)      Kesinambungan
Upaya kesinambungan yang akan dilakukan untuk mempertahankan hasil penyelesaian masalah agar masalah yang telah diatasi tidak timbul kembali.
Langkah – langkah yang harus diambil agar masalah tidak muncul kembali.
a)      Meneruskan kegiatan sebagai kegiatan rutin oleh pihak yang telah melaksanakan.
b)      Melegalkan model, pola, pendekatan atau system yang telah berhasil tersebut sebagai kegiatan rutin
c)      Menyebarkan dan menerapkan pola, pendekatan dan model tersebut ditempat atau unit lain yang memiliki masalah yang sama.
Setiap langkah dari PSBH, problem solver diharapkan ingat bahwa dalam melaksanakan PSBH perlu diingat kunci PSBH yaitu Inovasi (ide baru dan kreatif), Proses sederhana dan jelas, gunakan sumber daya yang tersedia, dan hanya kita yang memecahkan masalah kita (tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan rencana kita.

E.     PENERAPAN PSBH
Ketika menangani sebuah kasus yang dialami di lapangan, seorang perawat berpedoman pada prinsip PSBH diatas. Kita menggunakan ide atau pendekatan baru, menggunakan sumber daya yang tersedia. Pelatihan yang tidak memerlukan biaya, karena dilakukan dalam proses  belajar sambil bekerja. Yang terpenting perawat yang menerima pelatihan bisa diuji kemampuannya. Seperti contoh kasus dibawah ini.
Contoh Penerapan PSBH
Contoh penerapan PSBH di RSUD Tugu Rejo, perawat yang bertugas di ruang ICU tidak bisa membaca EKG dengan benar. Sebanyak 20 orang atau 83,3% karena  perawat tidak mendapatkan pelatihan. Faktor penunjang terjadinya masalah tersebut karena tidak mendapat pelatihan dan tidak tersedianya dana untuk melatih seluruh  perawat ICU.
Untuk mengatasi masalah itu, kelompok PSBH membuat program pelatihan cara membaca EKG. Narasumbernya adalah petugas yang sudah memahami cara membaca EKG. Mereka membagi ilmunya kepada para petugas yang belum bisa membaca EKG sambil bekerja, tidak perlu dilakukan pelatihan secara khusus di dalam kelas. Hasilnya 100% perawat di ICU sekarang mampu membaca EKG dengan benar.
Agar PSBH dilakukan dengan baik dan lancara, ada cara untuk menarik minta melakukan gerakan PSBH seperti yang dilakukan di RSUD Tugurejo, yaitu dengan diadakannya” Mini Konvensi PSBH”. Mini Konvensi PSBH ini dilakukan dengan masing-masing unit PSBH menampilkan penjelasan cara memecahkan masalah yang dihadapi masing-masing unit. Jika unit tersebut pemecahan masalahnya tidak meningkatkan mutu maka unit tersebut gugur.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuliastuti didapatkan bahwa penerepan PSBH di rumah sakit dapat meningkatkan proaktifitas perawat yang terdiri dari kesadaran diri (self-awareness), kemampuan untuk bermajinasi (imagination), kepemilikan akan hati nurani (conscience), dan kemerdekaan untuk berkehendak (independent-will). Dengan adnaya pelatihan peningkatan dalam implementasi PSBH membuat perawat berfikir tentang hal-hal baru yang ideal yang harus dilakukan dalam meningkatkan proaktifitas perawat secara individual, mengingatkan perawat apa yang harus dilakukan dan memotivasi seorang perawat untuk memberikan pelayanan yang optimal. (Yuliastuti, 2009)



Daftar Pustaka

Smith, B. H., Fitzpatrick, J. J., & Hoyt-Hudson, P. (2009). Problem Solving for Better Health: A Global Perspective. New York: Springer Publishing Company.
Yuliastuti, K. (2009). Pengaruh Penerapan Metode Problem Solving for better helath (PSBH) terhadap Pengembangan Proaktifitas Perawat Pelaksana dan Proaktifitas dalam Melaksanakan Operan Pasien di RSUD Tugurejo Semarang. Depok: Universitas Indonesia.



CARA MENDAFTAR HAJI DI BOYOLALI

 Assalammualaikum wr wb kawan-kawan, Di sini alan saya share pengalaman saya mendaftar haji berikut syarat dan perlengkapan di kabupaten boy...